Buku Meditations – Pernahkah kamu membandingkan diri sendiri dengan kehidupan orang lain? Tidak percaya diri? Selalu takut untuk memulai karena takut pilihanmu salah? Takut akan masa lalu? Takut akan masa depan?
Jika, Ia!
Tenang kamu tidak sendiri, sayapun sering mengalami ini. Rasa cemas ini selalu muncul. Akibatnya saya sulit untuk keluar dari zona nyaman dan terkungkung oleh rasa cemas. Imbasnya kepercayaan diri saya menurun, mulai ragu untuk mengambil keputusan, dan pengennya bersantai – santai saja.
Namun, keadaan itu mulai berubah ketika saya mengenal filosofi stoisisme dari buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring. Karena semakin menarik, lalu saya mulai membaca buku lainnya yang berjudul Meditations karya Marcus Aurelius.
Stoisisme mengajarkan kehancuran akan terjadi ketika kita mulai mencemaskan nasib kita.
Mengapa kita tidak perlu cemas?
Pertanyaan tersebut akan dijawab dalam buku yang akan diulas berikut ini.
Identitas Buku
Judul : Meditations
Genre : Non – fiksi
Penulis : Marcus Aurelius
Jumlah Halaman : 332 halaman
ISBN : 978-623-242-215-5
Penerbit : Noura Books
Harga : Rp 89.000
Buku Meditations merupakan jurnal pribadi Marcus Aurelius yang terdiri dari 12 buku. Catatan pribadinya ini merupakan gagasan tentang Filosofi Stoa atau yang sering kita kenal dengan nama filosofi teras.
Kemungkinan buku tersebut ditulis pada tahun 171 hingga 175 Masehi ketika Ia merencanakan kampanye militernya di Sirmium. Meditations atau Perenungan karya Marcus Aurelius ini juga terinspirasi dari ajaran beberapa tokoh Stoic seperti Epikuros dan Epiktetos. Sehingga tidak heran, nama mereka akan beberapa kali disebut dalam buku ini.
Sumber perenungan Marcus Aurelius bukan hanya dari dirinya sendiri tapi dari orang-orang di sekitarnya, orang yang ia kenal maupun tidak dalam hidupnya. Bukan hanya terinspirasi dari perbuatan orang baik, tetapi juga dari orang yang dianggap jahat. Dari sini kita dapat belajar bahwa pelajaran hidup bisa dipetik darimana dan dari siapa saja.
Biografi Penulis Buku Meditations
Perjalanan Menjadi Raja
Marcus Aurelius terlahir dengan nama Marcus Annius Verus pada 26 April 121 di Roma, Italia. Keluarganya berasal dari keluarga terpandang dan kaya di Romawi. Ada yang bekerja sebagai konsul dan adapula yang menjadi pewaris harta yang banyak di Romawi.
Pada suatu ketika Kaisar Hadrian meminta pewaris tahta selanjutnya yaitu Antoninus Pius untuk mengadopsi Marcus. Hal ini dilakukan oleh Kaisar Hadrian karena melihat sifat Marcus yang serius dan pekerja keras. Mengikuti jejak para pendahulunya, Pada tahun 140 M, Marcus bekerja menjadi seorang konsul. Dan barulah di tahun 161 M saat Kaisar Antoninus wafat, maka Marcus naik tahta menjadi kaisar Romawi. Dan secara resmi namanya menjadi Marcus Aurelius Antoninus Augustus.
Masa pemerintahannya memiliki banyak tantangan karena perang dengan suku – suku Jerman. Selain itu mereka harus menghadapi wabah penyakit misterius yang disebut dengan wabah Antonine. Menurut nationalgeographic.grid.id wabah ini jugalah yang menjadi alasan mempercepat kehancuran kekaisaran Romawi dan menyebabkan 3.000 orang meninggal dunia setiap harinya.
Marcus Aurelius Meninggal pada 17 Maret 180 Masehi di Vinboda atau sekarang dikenal dengan nama Wina, Austria. Beliau meninggal karena terserang wabah Antonine. Setelah kematiannya, putrannya Commodus lah yang menjadi kaisar menggantikan Marcus Aurelius.
Baca Juga: Review Filosofi Teras Karya Henry Manampiring
Belajar Filosofi Stoa
Dalam Buku Meditations Marcus Aurelius berkata “Kembalilah kepada Filsafat sesering mungkin, dan ambil kenyamanan darinya: ia akan membantumu menoleransi hidupmu, dan kau pun mampu menyesuaikan diri di dalamnya.” (Marcus Aurelius: hal 137).
Dari kalimat tersebut kita dapat mengetahui bagaimana seorang Marcus Aurelius menempatkan filsafat di dalam hidupnya. Ia memandang filsafat bukan hanya sebuah mata pelajaran dari gurunya, tetapi sebuah jawaban untuk memperoleh kehidupan yang damai.
Berdasarkan dailystoic.com Marcus Aurelius belajar stoicism dari gurunya yang Bernama Rusticus. Gurunya memperkenalkannya tentang konsep stoicism dari beberapa tokoh stoa yang terkenal seperti Epiktetus, Heraclitus dan Epikuros. Maka tak heran nama-nama ini akan kamu temukan di dalam buku Meditations.
Intisari Buku Meditations
Tentang Stoisisme
Jurnal pribadi Marcus Aurelius ini bisa dikatakan menjadi salah salah satu pedoman hidup para kaum Stoa. Hidup selaras dengan alam menjadi inti dari ajaran ini yang telah ditekankan oleh Marcus Aurelius berkali-kali dalam buku Meditations.
Persepsi stoisisme tentang kehidupan, kematian, kebahagiaan, kesedihan, kecemasan, ketenaran, ketenangan, kemarahan, nafsu, dan waktu adalah beberapa hal yang ditulis oleh Marcus Aurelius dalam buku ini. Salah satu hal yang menarik perhatian saya adalah pandangan stoisisme tentang kecemasan.
Kecemasan dalam Stoisisme
Kebiasaan overthinking terkadang membuat kita cemas akan hal – hal yang akan atau sudah terjadi di masa lalu dan yang belum terjadi di masa depan. Akibatnya kita hanya menunggu timing yang tepat, stuck di keadaan yang sama, karena takut dan khawatir pilihan yang kita ambil akan salah.
Living in the moment, adalah hal yang sangat sulit dilakukan di zaman modern ini. Banyak perhatian kita teralihkan dengan pesatnya perkembangan dunia teknologi. Salah satu teknologi yang menyita banyak perhatian kita adalah sosial media.
Dikutip dari Kompas.com, Bonafasius Wahyu Pudjianto mengatakan bahwa rata – rata orang Indonesia menggunakan internet selama 8 jam 36 menit setiap hari. Bayangkan berapa lamanya waktu yang terbuang untuk melihat kehidupan orang-orang di dunia maya.
Tak ayal banyak di antara kita yang mulai insecure dengan keberhasilan orang lain. Membandingkan waktu keberhasilan mereka dengan diri kita.
“Dia sukses dia usia bla… bla..koq aku belum ya… apakah aku bodoh?!”
Pertanyaan inilah yang membuat kita cemas, koq belum sukses, koq belum nikah, koq belum kerja, dll. Dan pada akhirnya waktu yang seharusnya bisa diisi untuk berkarya malah diisi dengan scroll media sosial sambil ditemani rasa cemas.
Stop!!
Mari mulai Living in the moment!
Bersama stoisisme waktu bukan lagi sebuah masalah dan melalui buku meditations kamu diajarkan bahwa “Ringkasnya hidup ini singkat. Kau harus mencari manfaat dari apa yang terjadi di masa kini, yang sesuai dengan nalar dan rasa keadilan. Tetaplah sadar dan santai.” (Marcus Aurelius: hal 89)
Kelebihan Buku
Buku Meditations mengajarkan banyak hal tentang kehidupan dan cara menjalaninya berdasarkan prinsip stoisisme. Buku ini sangat bagus untuk kamu yang tertarik mempelajari lebih lanjut tentang filosofi tersebut. Terutama tentang bagaimana seharusnya kamu memandang hidup baik dari sisi terang maupun gelap.
Dari buku ini kita dapat melihat kerendahan hati yang dimiliki oleh seorang Kaisar Romawi yakni Marcus Aurelius. Catatannya ini menjadi bukti bahwa dia bukanlah seorang pemimpin yang narsis. Dia belajar dari orang-orang di sekitarnya, cerita yang dia dengar, dari pengalaman yang ia alami, bahkan dari kisah orang baik hingga orang jahat. Jiwanya yang netral, membuat dia tidak cepat memberi penilaian baik ataupun buruk kepada dirinya sendiri maupun orang lain. Sehingga, setiap ada masalah ia melihatnya bukan dari satu sisi saja melainkan dari banyak sisi.
Dari segi fisik buku yang diterbitkan oleh Noura Books ini terlihat menarik. Terus terang saya sangat menyukai cara pemilihan warna dan ilustrasi yang digunakan. Tulisannya yang rapi dan terdapat pula beberapa kutipan-kutipan pemikiran Marcus Aurelius yang ditulis dengan menarik. Sehingga membuat buku filsafat ini tidak terlihat membosankan.
Kelemahan Buku
Buku Meditations adalah buku filsafat jadi tidak heran jika bahasa yang digunakan sedikit membuat kepala pusing. Karena gaya bahasanya tersebut, saya (orang awam) harus membaca buku ini sebanyak 3 kali hehehehe
Tentunya hal ini terjadi karena saya tidak terbiasa membaca buku bertemakan filsafat, kalaupun ada biasanya bahasanya ringan. Jadinya, terkadang saya binggung apa maksud yang ingin disampaikan oleh Marcus Aurelius. Untuk itulah saya harus meningkatkan fokus saya ketika membaca buku ini dan membacanya berulang kali hingga saya mengerti.
Selain gaya bahasanya yang agak sulit saya mengerti, ada satu hal yang bisa diperbaiki oleh penerbit. Ada terdapat kesalahan penulisan di halaman 144 yaitu “ruhani” yang harusnya ditulis “rohani”. Karena rohani adalah kalimat baku.
Kesimpulan Buku Meditations
Percayalah! meskipun buku ini bergaya bahasa filsafat – sulit – tetapi nilai – nilai kehidupan yang disampaikan oleh Marcus Aurelius tersampaikan dengan sangat baik. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih kepada tim Noura Books yang sudah bekerja sangat keras agar buku ini dapat diterjemahkan dengan baik.
Pesan saya ketika kamu membacanya dan ada yang dirasa kurang mengerti,
“Baca aja, lanjutkan!”
Paragraf dengan bahasa yang sulit untuk dimengerti sama banyaknya dengan paragraf yang bahasanya mudah untuk dimengerti. Pesan dan nilai kehidupan dari pandangan stoisisme tetap dapat tersampaikan dengan baik untuk kamu yang masih awam dengan dunia filsafat.
Nasihat Marcus Aurelius tentang kecemasan tersampaikan lewat tulisannya yang menarik. Kita bukan hanya belajar dari Marcus Aurelius, tetapi juga dari tokoh-tokoh yang disebutkan Marcus Aurelius dalam jurnalnya. Dari buku inilah kamu dapat mengerti bahwa dengan hanya fokus menjalani hidup selaras serta menjadi makhluk yang rasional maka kecemasanmu akan teratasi.