Buku Laut Bercerita – Sejak pertama kali membaca buku ini tenggerokanku langsung tercekat, mau dibawa kemana cerita ini? Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Halaman demi halaman kisah Laut membawaku ke masa 1990-an. Krisis ekonomi yang menerpa Indonesia, ditambah merajalelanya KKN, banyak mulut yang dibungkam demi melengangkan kekuaasan Sang Diktator kala itu.
Kisah Laut sangat membekas di hatiku, hingga memunculkan pertanyaan, dimana tanggung jawab mereka?
Buku Laut Bercerita sangat menguras emosi dan air mata . Selama 4 hari aku galau dengan kisah Laut dan kawan-kawannya. Banyak cerita sejarah tentang bagaimana pergerakan mahasiswa menuntut reformasi di Indonesia kala itu. Kita tidak pernah mempelajarinya secara detail di sekolah formal. Buku ini adalah sepenggal kisah dari apa yang terjadi di masa itu.
Yukk kenalan sama bukunya!
Identitas Buku
Judul : Laut Bercerita
Genre : Fiksi
Penulis : Leila S. Chudori
Jumlah Halaman : x + 379 halaman
ISBN : 978-602-424-694-5
Penerbit : KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Harga : Rp. 115.000
Di Kuil Penyiksaan Orde Baru adalah artikel yang ditulis oleh Nezar Patria yang dimuat dalam Edisi Khusus Soeharto, Tempo, pada Februari 2008. Artikel tersebut menceritakan kisah penculikan dan penyiksaan yang dialami Nezar dan kawan – kawannya sesama aktivis pada Maret 1998.
Inilah yang menjadi cikal bakal Leila S. Chudori menulis buku Laut Bercerita. Kisah dalam buku ini terinspirasi dari kisah para aktivis pada masa itu. Narasumbernya adalah para aktivis tahun 1998 seperti Nezar Patria, Rahardja Waluya Jati, Mugiyanto Sipin, Budiman Sudjatmiko, Wilson Obrigados, Tommy Aryanto, Robertus Robert, Ngarto F, Lilik H.S, Usman Hamid, dan Hariz Azhar.
Banyak pihak yang juga turut membantu penulis dalam proses pembuatan buku ini. Selain para aktivis, ada juga dokter, team riset Jogja, Jawa Timur, penyair, organisasi HAM, serta keluarga para aktivis yang dihilangkan secara paksa. Berkat risetnya yang mendalamlah maka Leila S Chudori mampu melahirkan salah satu mahakaryanya yang dicetak pertama kali pada Oktober 2017 dengan judul Laut Bercerita.
Biografi Penulis Buku Laut Bercerita
Leila Salikha Chudori adalah penulis wanita kelahiran Jakarta 12 Desember 1962. Selain menulis novel beliau juga pengagas dan penulis drama TV yang berjudul Dunia Tanpa Koma dan penulis skenario film pendek Drupadi.
Karyanya antara lain adalah cerpen Malam Terakhir yang diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman dengan judul Die Letzte Nacht (Horlemman Verlag), novel Pulang di tahun 2012, dan 9 Dari Nadira, Kelopak – Kelopak Berguguran, Laut Bercerita, dan masih banyak lagi.
Dari karya – karyanya tersebut Leila berhasil mendapatkan banyak pernghargaan. Novel berjudul Pulang berhasil memenangkan Prosa Terbaik Khatulistiwa Liiterary Award 2013 dan masuk sebagai sebagai salah satu dari 75 Notable Translations of 2016 dari World Literature Today. 9 Dari Nadira memenangkan Penghargaan Sastra Badan Bahasa Indonesia tahun 2011. Laut Bercerita juga membuatnya berhasil memenangkan SEA Write Award 2020. Karyanya Dunia Tanpa Koma juga memenangkan penghargaan Penulis Skenario Drama TV Terpuji tahun 2006.
Btw, buku Pulang juga telah diterjemahkan ke dalam 5 bahasa yakni Inggris, Prancis, Belanda, Jerman, dan Italia.
Ngak heran sih, karyanya yang bagus – bagus juga karena risetnya yang mendalam dan semangat menulisnya yang tentunya sangat tinggi. She deserves all!
Intisari Buku Laut Bercerita
Laut Bercerita adalah kisah perjuangan Laut dan kawan-kawannya di organisasi Winatra. Cita – cita perjuangan mereka agar Indonesia menjadi negara yang lebih baik, terbebas dari korupsi, bebas dari rezim, masyarakat bebas berekspresi, bebas berpendapat, pemimpin yang dipilih melalui sistem demokratis yang adil dan pilar- pilar negara berfungsi sebagaimana mestinya.
Semangat dan selalu bersikap optimis adalah salah satu hal yang saya pelajari dari karakter tokoh-tokoh di dalam buku ini. Laut, Sang Penyair, Sunu, Kinan dan tokoh-tokoh lainnya adalah contoh semangat masa muda yang tak pernah padam meski didera siksaan. Penderitaan yang mereka alami justru menjadi pemantik agar jiwa mereka terus menyuarakan kebenaran.
Hidup dalam buruan, disiksa, pengkhianatan, rasa rindu yang besar terhadap orang tua, istri, dan kekasih tercinta adalah harga yang harus mereka bayar untuk mencapai cita- cita tersebut. Marah, sedih, merasa tidak berguna, penyangkalan merupakan beberapa hal yang harus dirasakan bagi mereka yang ditinggalkan.
Laut Bercerita adalah kisah untuk mereka yang saat itu dilepaskan dan yang tak pernah kembali sampai saat ini. Buku ini mengingatkan kita bahwa negara ini masih memiliki utang bagi mereka yang diculik dan dihilangkan secara paksa.
Walau karakter dalam buku Laut Bercerita adalah fiktif, namun kisahnya adalah kisah nyata. Sebagai pengingat bahwa masih ada beberapa aktivis reformasi yang hilang sampai sekarang. Mereka diculik, disiksa dan dihilangkan secara paksa.
Mereka yang dibungkam telah hilang ditelan bumi. Jejaknya hilang seiring berjalannya waktu. Orang – orang yang seharusnya bertanggungjawab seakan-akan bisu sampai sekarang. Mereka – para penculik- memilih untuk bungkam dan mati sebagai pecundang. Laut bercerita adalah buku yang mengajak kita untuk tidak boleh melupakan mereka yang diculik dan dihilangkan secara paksa.
Baca juga: Review Buku Little women
Kelebihan Buku
Biru Laut
Karya Leila S. Chudori ini menceritakan secara gamblang tentang perjuangan para aktivis reformasi 1998. Ada banyak cerita sejarah yang tidak kita pelajari di sekolah dapat kita ketahui dengan membaca karyanya tersebut. Sebagai contoh tentang penyiksaan yang dialami oleh mereka yang diculik, sebagai pembaca saya tidak dapat membayangkan bagaimana sakitnya perasaan dan tubuh mereka ketika disiksa.
Risetnya yang mendalam membuat cerita dan tokoh – tokohnya semakin hidup. Penjelasan dan pengembangan karakter tokoh-tokohnya disampaikan dengan baik, tidak berlebihan tidak kurang. Dari Seyegan 1991 sebetulnya kita sudah tahu karakter tokoh-tokohnya lewat percakapan mereka, dilanjutkan dengan penjelasan latar belakang tokoh – tokoh tersebut di bab selanjutnya.
Salah satu kisah terepik yang paling saya sukai adalah saat di Blangguan. Ketegangan adalah perasaan yang tepat untuk menggambarkan situasi tersebut. Saya terhanyut dan seakan-akan tinggal dalam situasi tersebut.
Wah, Bu Sumantri dan Mas Yono adalah stealer character di bagian ini. Gila, pokoknya keren!!!
Saya juga suka bagaimana penulis memberikan clue-clue tidak langsung tentang si pengkhianat. Menurut saya tidak terdeteksi sampai pada bab pengungkapkan si pengkhianat. Pada bab itu barulah saya mengerti O…. jadi dia orangnya, pantas saja! Walau di sini saya benar – benar terhanyut akan amarah karena merasa dikhianati juga, tetap aja masih seru!
Btw, Kisah cinta Laut dengan kekasihnya yang terlihat malu- malu kucing jadi warna tersendiri di cerita ini. Saya ikut cengengesan sendiri sama tingkah dua sejoli tersebut. Maniss bangett!!
Asmara Jati
Salah satu tokoh yang menarik perhatian saya sejak awal adalah tokoh Asmara. Wanita Tangguh adalah julukan yang sangat pantas untuk Anjani. Dia benar – benar definisi gadis yang mandiri, cerdas, berpendirian teguh dan tidak pantang menyerah. Walaupun dihantam berbagai penderitaan dia tetap bersikap dan berpikir rasional, karena itulah dia bisa melalui semua ujiannya dengan baik.
Di part Asmara Jati penulis mengajak pembaca masuk ke dalam dunia penyangkalan. Justru di sinilah nyawa buku ini semakin terlihat, karena dalam situasi tersebut karakter di dalam buku ini terasa hidup dan relatable.
Kisah Depan Istana Negara, 2007 membuat air mata saya jatuh tanpa permisi. Cara penulis menggambarkan bagian ini sungguh luar biasa, sedih, terharu, dan bahagia bercampur jadi satu kaya es cendol.
Tambahan
Anyway, pemilihan diksi – diksi yang dipakai oleh penulis dalam karyanya ini sangat menarik. Jujur membuat saya ingin lebih rajin membaca buku, karena kaya akan seni sastranya.
Selain ceritanya yang bagus desain buku ini juga keren. Mulai dari pemilihan warna, font, ukuran dan jarak tulisan juga pas jadi ngak buat mata sakit. Nyaman bacanya!
Kelemahan Buku
Karena novel ini menggunakan sudut pandang orang pertama maka ada kisah beberapa tokoh yang kurang kita ketahui. Yang membuat saya penasaran dan kurang diberi penjelasan adalah tentang tokoh si pengkhianat. Jujur saya kurang puas dengan yang ia sampaikan saat sudah ketahuan. Apa hanya itu? Apa tidak ada hal lain lagi? Hah gitu doang?
Apakah tingkah pengkhianat memang seperti itu?
Dari segi penulisan ada satu kata yang typo di halaman 303 pephonan harusnya pepohonan.
Kesimpulan Buku Laut Bercerita
Dari penjelasan di atas kamu mungkin akan menyimpulkan ini cerita sedih. Namun, cerita kehidupan pada umumnya ada bahagia, sedih, hitam, maupun putih semuanya hidup berdampingan saling melengkapi. Begitupula dengan kisah dalam buku laut Bercerita.
Cerita ini lebih dari sekedar itu, ini adalah kisah tentang perjuangan anak bangsa yang memberikan segenap jiwa dan raganya agar negara kita menjadi lebih beradab. Masyarakat yang sejahtera, memiliki demokrasi yang sehat, bebas berekspresi, bebas berpendapat, dan jauh dari rezim yang otoriter.
Cerita si pengkhianat tidak membuat kisah ini kehilangan nyawanya. Ia hanya sepenggal dalam perjalanan Laut dan tokoh – tokoh yang lain. Buku Laut Bercerita layak untuk dibaca, nilai kehidupan, informasi sejarah yang diabu-abukan akan menjadi jelas terlihat.
Inilah persembahan Leila S. Chudori agar kamu selalu mengingat untuk “Jangan lupakan mereka!”