Buku Mindset – Pernakah kamu melihat seseorang yang selalu berhasil dalam hidupnya. Apapun yang dia lakukan terlihat selalu Wowww! Lalu muncul pertanyaan di benakmu “Koq dia hebat bangett ya…? Dia memang punya bakat alami! Apalah dayaku yang hanya remahan rengginang!”
Well.. well… Selalu melihat dan membandingkan diri kamu dengan orang lain bisa menjadi salah satu alasan untuk menyerah. Merasa orang lain lain lebih berbakat dan pandai dari kamu. Akhirnya muncullah rasa malas dan menyalahkan keadaan serta orang lain yang membuat kamu berhenti berproses.
Seakan-akan segala usaha dan proses yang kamu lalui tidak ada artinya.
Kalau kamu sedang berada di situasi tersebut dan ingin keluar dari zona itu maka Buku Mindset punya jawabannya. Yukk kenalan dengan bukunya!
Identitas Buku
Judul : Mindset
Genre : Non – Fiksi
Penulis : Carol S. Dweck, PH.D
Jumlah Halaman : XVII + 371
ISBN : 978-602-6486-35-6
Penerbit : Penerbit BACA
Harga : Rp. 111.000
Buku Mindset ditulis oleh Carol S Dweck. Isinya berdasarkan penelitian dan kajian yang ia buat terhadap murid-muridnya, para atlit, pengusaha dan guru. Delapan bab dalam buku ini berisikan banyak informasi bagaimana cara mengelola dan memiliki mindset yang tepat.
Dengan memiliki mindset yang tepat maka kita mampu mencapai hal-hal yang luar biasa dalam hidup. Bukan hanya itu, kita juga mampu menjadi teman, pasangan, orang tua, guru, pemimpin dan pelatih yang baik untuk orang lain.
Penulis menekankan “berproses” di hampir setiap babnya. Membuat pembaca tahu apa yang harus dilakukan ketika kita berada di situasi yang sulit. Ketika nilai anjlok, bisnis gagal, hubungan yang berantakan, performa kita jelek maka buku Mindset akan memberikan jawabannya dengan mulai mengubah pola pikir kita.
Tentang Penulis Buku Mindset
Carol S. Dweck adalah seorang guru besar psikologi di Universitas Stanford. Wanita kelahiran 17 Oktober 1956 ini juga merupakan anggota American Academy of Arts and Sciences. Professor psikologi ini dikenal juga sebagai peneliti kelas dunia di bidang kepribadian, psikologi sosial, dan psikologi perkembangan.
Selain karirnya sebagai professor , Ia juga aktif menulis di media ternama seperti The Washington Post, The New Yorker, Time, The New York Times, dan The Boston Globe. Tak hanya itu, Carol juga menulis beberapa buku lainnya seperti Self Theories: Their Role in Motivation, Personality and Development. Btw, buku tersebut memenagkan Book of The Year oleh World Education Fellowship loh…. keren kan!
Buku Mindset adalah karyanya yang diterbitkan pertama kali pada tahun 2006 oleh Random House. Berkat buku ini ia berhasil memenangkan Yidan Prize for Education Research pada tahun 2017. Penelitainnya membuktikan bahwa mindset bermanfaat untuk motivasi, ketahanan dan prestasi para pelajar.
Intisari Buku
Dua Macam Mindset
Penulis membagi mindset menjadi dua yaitu mindset tetap dan mindset tumbuh. Kedua mindset ini menjadi pembeda bagaimana sebuah pola pikir dapat mempengaruhi mental, motivasi dan bahkan prestasi seseorang. Buku ini menekanankan bahwa mindset maupun karakter seseorang dapat diubah.
Salah satu yang menarik ketika aku membaca ini adalah bahwa penulis mengatakan di dunia ini tidak ada orang bodoh atau pintar yang ada hanya ada pembelajar dan bukan pembelajar (Hal 21). Dari sini kita sudah dapat melihat bagaimana penulis melabelkan pembaca bukan berdasarkan kemampuan IQ, bawaan lahir atau apapun itu. Tapi, Hey… Kamu bisa berubah!
Fixed Mindset VS Growth Mindset
Dalam dunia orang bermindset tetap (fixed mindset), kepintaran itu adalah sesuatu yang lahiriah. Orang pintar di bidang sains, olahraga, seni, dan musik adalah sesuatu yang sudah ditakdirkan untuk mereka. Oleh karena itu, mereka berpikir bahwa orang-orang hebat tersebut tidak perlu belajar atau berusaha lebih keras. Orang-orang dengan mindset ini lebih mementingkan hasil daripada proses. Sehingga ketika mereka mengalami kesulitan maka cepat sekali mereka melabeli diri mereka bodoh dan tidak berguna lalu akhirnya mereka berhenti berusaha.
Di sisi lain, orang-orang dengan mindset tumbuh tahu bahwa manusia tidak lahir hebat begitu saja. Ada proses di sana, sehingga bukan hasil yang menjadi tujuan mereka melainkan proses. Mereka meyakini bahwa proses membuat mereka menjadi orang berkembang dan hebat. Sehingga ketika menghadapi kesulitan, mereka semakin termotivasi karena yakin bahwa kesulitan tersebut dapat mengasah kemampuan mereka menjadi lebih baik.
Buku Mindset menggambarkan pola pikir tumbuh dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mindset tumbuh bukan hanya berguna di lingkungan sekolah tetapi juga ketika berkarir sebagai pemimpin, karyawan, atlit, pelatih, guru, orangtua bahkan dalam hubungan keluarga, persahabatan dan asmara. Memiliki mindset tumbuh tidak lantas membuatmu sukses secara instan, tetapi mindset ini akan membuat kamu lebih menghargai proses. Tidak peduli seberapa kecil atau besar cita-citamu, jika kamu memiliki mindset tumbuh maka segala rintangan yang menghalangi dapat dilalui dengan baik.
Baca juga: Review buku Laut Bercerita
Perbandingan Buku Mindset dengan Filosofi Teras
Persamaan Buku Mindset dan Filosofi Teras
Buku Mindset mengingatkanku kembali dengan konsep dikotomi kendali dalam buku filososi teras. Salah satu yang dapat kita kendalikan adalah segala sesuatu yang merupakan pikiran dan tindakan kita sendiri (Manampiring, 2019:44). Begitu juga yang tertulis dalam buku mindset (Hal 69) bahwa orang bermindset tumbuh lebih menghargai apa yang mereka lakukan tanpa memedulikan hasilnya.
Dari hal tersebut kita dapat melihat bahwa orang-orang stoic memiliki kemiripan dengan orang bermindset tumbuh. Mereka sama-sama melakukan hal-hal yang bisa mereka kendalikan. Orang bermindset tumbuh dan stoic sama-sama mengerti bahwa pola pikir dan tindakan yang terkendalilah yang membuat mereka berkembang. Hasil bukannya tidak penting, tetapi mereka tahu bahwa itu di luar kendali mereka.
Intinya mereka sama-sama berfokus pada proses!
Perbedaan Buku Mindset dengan Filosofi Teras
Perbedaan kedua buku ini terletak pada sumber sudut pandangnya saja. Jika Filosofi teras berdasarkan sudut pandang ilmu filsafat, maka Buku Mindset berdasarkan sudut pandang psikologi. Orang-orang sudah mengenal filosofi ini sejak 3.000an tahun lalu dan konsep mindset ini mungkin baru dicetuskan di abad ini.
Kelebihan Buku Mindset
Buku Mindset menjabarkan konsep pola pikir tetap dan tumbuh dengan detail. Konsep-konsep tersebut dijabarkan dalam bentuk contoh penelitian yang penulis lakukan. Sumber lainnya juga berasal dari pengalaman sukses dan gagalnya para atlit, guru, pelatih, CEO, dan pasangan. Jadi terasa relatable dengan apa benar-benar terjadi di kehidupan kita.
Buku ini mengajarkanku banyak hal terutama bagaimana cara menyikapi kegagalan. Tindakan apa yang harus kita lakukan saat berada di situasi tersebut. Lalu, pembaca merasa lebih termotivasi untuk fokus berproses dan berkembang. Salah satu kutipan yang membuatku terus termotivasi untuk berkembang adalah
“Orang bermindset tumbuh tidak akan memberi label tertentu pada dirinya dan tidak menyerah. Meskipun kecewa, mereka siap mengambil risiko, menghadapi tantangan, dan tetap menjalaninya.” (Hal 12)
Kalimat di atas entah bagaimana selalu terngiang-ngiang di kepalaku, saat ini kamu mungkin kesulitan, tapi percayalah selama kamu terus berusaha maka bukan hanya kamu bisa keluar dari situasi tersebut, tapi mental dan kemampuanmu juga ikut berkembang.
Kelemahan Buku
Buku ini kadang membosankan untuk dibaca, terutama di bagian contoh-contoh yang diberikan. Kadang ada kalimat yang diulang-ulang. Jadi seperti membaca sesuatu berulang-ulang. Sebagai contoh kisah para CEO di bab lima Bisnis: Mindset dan Kepemimpinan (hal 165).
Bukan hanya itu penulisan buku ini yang kurang sistematis membuatku binggung. Jika pembagian babnya sudah jelas maka pembagian sub babnya berantakan sekali sehingga pembaca harus lebih fokus bagian subab mana yang sedang dibaca. Akan lebih baik jika subabnya dipisahkan dengan nomor atau huruf. Pemisahan subab dengan huruf tebal menurutku kurang efisien.
Kesimpulan
Buku mindset adalah buku yang layak untuk dibaca untuk kamu yang saat ini ingin menyerah. Menyerah karena keadaan, kurang mendapatkan dukungan, persaingan yang ketat, dan berbagai macam alasan lainnya. Buku ini mengajarkan kamu untuk mencintai proses di atas segalanya.
Menjadi sukses bukan berarti kamu harus mendapatkan uang yang banyak, mampu membeli rumah di usia muda, mendapatkan posisi yang mentereng di kantor, atau bisa jalan-jalan ke luar negeri. Lebih daripada itu, kesuksesan berarti kemampuan dan mentalmu berkembang menjadi lebih baik dari sebelumnya. Semuanya diasah melalui proses.
Berbagai kesulitan yang dihadapi bukan lagi menjadi momok yang menakutkan. Keadaan tersebut justru menjadi kesempatan emas untuk kamu bisa mengasah kemampuan diri. Dengan fokus kepada proses maka kamu tidak lagi membandingkan diri sendiri dengan kesuksesan orang lain. Jadikan mereka motivasi dan belajarlah dari mereka.
Karena mereka juga sama-sama berproses seperti kita.