Buku Pulang – Kisah panjang perjuangan bangsa kita merebut kemerdekaan dari kaum penjajah sangatlah panjang. Dijajah oleh bangsa Belanda selama ±300 tahun, lalu dijajah Jepang, dan akhirnya kita berhasil memperoleh kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
Kemerdekaan yang diperoleh berkat dukungan dan perjuangan seluruh rakyat Indonesia dari latar belakang suku, agama, ras, dan golongan yang berbeda. Sebagai negara yang baru saja merdeka tentu saja bangsa kita mengalami gejolak dan tantangan, yang bukan saja berasal dari luar, tetapi juga dari dalam.
G30S PKI pecah pada tanggal 30 September 1965. Diawali dengan penculikan disertai pembunuhan 6 Perwira Tinggi Angkatan Darat. Mereka adalah Jenderal Anumerta Ahmad Yani, Mayor Jenderal Raden Soeprapto, Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono, Mayor Jenderal Siswondo Parman, Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan dan Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo.
Setelah itu, terjadilah perburuan dan pembantaian terhadap orang-orang “Terduga PKI” hingga ke pelosok Indonesia. Hal ini juga terjadi kepada putra putri Indonesia yang sedang mengenyam pendidikan di luar negeri. Paspor mereka dihapus dan mereka menjadi stateless.
Kisah para eksil ini diceritakan kembali oleh Leila S. Chudori dalam bukunya yang berjudul Pulang. Kisah yang disuguhkan oleh Buku Pulang bukan hanya tentang mereka yang diasingkan, tetapi juga tentang perburuan terhadap keluarga mereka di tanah air.
Jika kamu pencinta novel sejarah maka buku ini cocok untuk kamu baca. Yukk kenalan dulu sama bukunya, sebelum kamu membacanya!
Identitas Buku
Judul : Pulang
Genre : Fiksi
Penulis : Leila S Chudori
Jumlah Halaman : 449
ISBN : 978-602-424-275-6
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia
Harga : Rp. 120.000
Buku Pulang adalah sebuah novel yang diterbitkan pertama kali pada Desember 2012. Novel yang ditulis oleh Leila S. Chudori ini terinspirasi dari hasil wawancaranya terhadap Alm. Bapak Umar Said dan Alm. Bapak Sobron, dan buku yang ditulis oleh JJ Kusni dan Sobron Aidit. Latar belakang kisahnya diawali dengan pecahnya peristiwa G30S PKI pada tahun 1965.
Menceritakan kisah para eksil, tahanan politik (tapol), keluarga dan teman-temannya. Cerita setebal 449 halaman ini mengambarkan bagaimana peristiwa berdarah di tahun 1965 berdampak signifikan terhadap kehidupan mereka.
Diburu, dinterogasi, ditahan berhari-hari, diteror, diadili tanpa pengadilan resmi, diadili tanpa proses yang sah, kesulitan dan mendapatkan pekerjaan. Hal – hal tersebut merupakan beberapa contoh diskriminasi yang dialami oleh mereka. Inilah kisah cinta, keluarga, perjuangan, cinta tanah air, persahabatan dan pengkhianatan yang dipersembahkan dalam buku Pulang.
Tentang Penulis Buku Pulang
Leila S Chudori adalah penulis wanita asal Indonesia. Buku lainnya yang pernah kubaca adalah Laut Bercerita. Buku itu juga tidak kalah menarik untuk kamu pencinta novel sejarah. Karena riwayat tentang beliau sudah pernah kutulis di review buku sebelumnya. Kali ini kubahas aja beberapa informasi menarik mengenai buku tersebut.
Well, berdasarkan hot.detik.com pada tahun 2014 salah satu penerbit Prancis meluncurkan buku Pulang. Diikuti oleh penerbit dari Belanda, Jerman, Inggris dan Amerika. Beliau juga tergabung dalam Pontas Literary Agency juga membuat buku Pulang masuk dalam “Novel of The World”. Keren kan!! Dan di tahun 2013, buku ini juga memenangkan Prosa Terbaik Khatulistiwa Award 2013 dan dinyatakan sebagai salah satu “775 Notable Translations of 2016 oleh World Literature Today.”
Baca juga: Review Buku Laut Bercerita
Intisari Buku Pulang
Dimas Suryo dan kawan-kawanya tidak pernah menyangka bahwa kepergian mereka ke Santiago menjadi awal kisah pengasingan mereka. Paspor mereka dicabut, kejadian itu tentu sangat mengangetkan mereka. Menjadi stateless bukanlah perkara mudah.
Hari demi hari sambil berharap suatu saat mereka dapat pulang dan kembali ke pelukan Ibu Pertiwi. Namun apa daya surat-surat yang mereka terima menjadi simbol bahwa negeri yang mereka cintai itu tidak akan pernah berubah.
Perburuan, pembunuhan, interogasi yang tidak manusiawi, sampai diskriminasi harus dihadapi oleh keluarga mereka. Bayang-bayang diskiriminasi juga terus menghantui mereka yang tinggal di negeri nun jauh di sana.
Suatu ketika Lintang yang adalah putri Dimas Suryo pergi ke Jakarta untuk menyelesaikan tugas akhir kuliahnya. Ternyata perjalanannya kali ini bukan hanya serta merta menjadi anak kuliah. Di sana ia mendapatkan jawaban isi dari ruang kosong di hati Dimas.
Ruang kosong seperti gelembung yang sering ia lihat dan rasakan setiap kali menatap mata ayahnya.
Kelebihan Buku
Menurutku karya Leila S. Chudori satu ini sangat menarik, karena kisah para eksil yang jarang kamu dengar dari pelajaran sejarah di sekolah dapat kamu tahu lewat buku ini.
Riset tentang setting tempat, peta gerakan mahasiswa 1998, kehidupan para eksil, dll dilakukan dengan sangat mendalam. Kamu dapat melihatnya melalui narasi yang dituliskan oleh penulis. Sepanjang membaca buku Pulang, aku terhanyut dalam dunia Dimas di Paris, kengerian surat yang dikirim Aji, serta sakitnya hati yang dialami Surti.
Tak lupa, ingin sekali kurasakan makanan nasi goreng buatan Dimas Suryo itu. Nasi goreng dengan Minyak Jelantah! Penasaran! Hahaha
Jupp, dari dua buku yang sudah kubaca rasanya penulisnya sangat suka dunia kuliner Indonesia. Makanan khas Indonesia pasti ditampilkan dan ditulis dengan menarik, sehingga mengungah hati pembaca untuk merasakan makanan-makanan tersebut.
Tentu saja gaya penulisan Leila Chudori yang menarik. Permainan katanya itu lohh menarik bangett. Metafora yang dipakai sangat menarik, seperti lukisan indah dalam bentuk tulisan.
Aku bisa bilang Leila S. Chudori punya universe ceritanya sendiri. Ada beberapa nama dari novel setelah buku Pulang diterbitkan dibahas di buku ini. Menurtku ini sangat menarik, dimana cerita dari satu novel dan lainnya saling berkaitan secara tidak langsung. Namun, kamu tidak perlu juga membacanya berurutan, kecuali novel Alam yang yang baru diterbitkan tahun ini.
Sepanjang membaca novel ini, emosiku naik turun. Seru, bahagia, berbunga-bunga, menegangkan, sedih, kecewa dan marah jadi satu. Kisah para tokohnya diceritakan dengan sangat detail. Karena menggunakan sudut pandang orang pertama maka kamu tahu perasaan para tokoh utamanya. Baca buku, tapi kaya nonton film.
Wah … salah satu bagian yang buat aku terhariu itu di Bab Flaneur, pas bagian om Nug ngeluarin amplop cokelat dan diberikan kepada Lintang. Sumpah bagian ini buat aku nangis. Ngerasain bangett gimana dalamnya persahabatan Dimas Suryo dengan kawan-kawannya.
Kelemahan
Salah satu hal yang menurutku kurang ditampilkan secara mendalam adalah tentang tokoh “Si Telunjuk”. Sama seperti di laut bercerita tokoh pengkhinatnya kurang disorot. Jadi kamu hanya tahu rupa dan kebiasaannya yang dijadikan clue oleh penulis.
Kalau saja ada sedikit kisah tentang “Si Telunjuk” pembaca pasti akan melihat dua sisi dengan lebih jelas. Terutama motif dan mungkin saja kisah-kisah lainnya yang tidak kita ketahui. Apakah “Si Telunjuk” lakukan itu karena dibawah ancaman penguasa atau murni dari diri mereka sendiri.
Kesimpulan
Buku Pulang adalah kisah perjalanan hidup para eksil. Mereka diasingkan oleh bangsanya sendiri, tinggal sendiri di negeri nun jauh di sana tanpa status kewarganegaraan yang jelas. Cinta, persahabatan, keluarga, dan penghkianatan menjadi pembahasan utama yang dijelaskan oleh Leila S. Chudori.
Permainan kata yang menarik, metafora yang mengungah, serta penjelasan tempat, karakter tokoh, kejadian dan sejarah diramu dengan pas, sehingga melahirkan kisah yang begitu indah.
Tokoh “Si Telunjuk” yang kurang diberikan ruang, tidak serta merta mengaburkan inti dari cerita yang ingin disampaikan oleh penulis. Kisah yang dialami Dimas Suryo, dkk serta keluarga mereka adalah kisah fiksi yang memperlihatkan diskriminasi yang nyata dialami para eksil, ekstapol dan keluarga mereka pada masa itu.
Yukk ketahui sejarah negeri ini lewat novel fiksi berjudul Pulang.