You are currently viewing Nadira: Bukan Cerita Biasa!
Nadira

Nadira: Bukan Cerita Biasa!

Nadira – Salah satu karya Leila S Chudori yang diterbitkan pertama kali pada Maret 2015. Kisahnya sungguh berbeda dari buku Leila yang lainnya, masih terasa kental pengaruhnya dari kumpulan cerita pendek di bukunya yang berjudul Malam Terakhir.

Jika kamu pencinta karya Leila S. Chudori, maka kamu harus membaca bukunya yang satu ini. Ceritanya menarik dan gaya penulisannya sedikit berbeda dengan buku karya lainnya.

Apanya sih yang berbeda? Mari baca reviewnya di sini!

Identitas Buku

Judul                          : Nadira

Genre                         : Fiksi

Penulis                       : Leila S. Chudori

Jumlah Halaman     : 304

ISBN                           : 978-602-424-272-5

Penerbit                    : Kepustakaan Populer Gramedia

Harga                         : Rp. 95.000

Buku Nadira ditulis oleh Leila S. Chudori di sela-sela ia menulis buku Pulang. Maka tak heran kamu akan menemukan sedikit kisah sejarah negara kita di sini. Menceritakan seorang tokoh Nadira, anak terakhir dalam keluarga Suwandi.

Dalam tulisannya, penulis mengungkapkan bahwa tokoh fiksi yang ia buat bernama Nadira sangat istimewa. Dia adalah seorang perempuan yang mandiri dan berani speak up tentang opini dan hal yang dialaminya.

Sepertinya aku tidak akan menulis lagi tentang penulisnya, kamu bisa membacanya di review buku Leila S. Chudori yang pernah kutulis sebelumnya. Linknya ini.

Intisari Nadira

Kehidupan keluarga Suwandi berubah sejak tragedi di pagi itu, Ibu mereka ditemukan meninggal b*n*h diri. Bram dan ketiga anaknya begitu kaget, apa yang menyebabkan sang Ibu tega menghabisi dirinya sendiri?

Pertanyaan “Mengapa?” selalu muncul di benak Nadira. Apa Ibunya sedepresi itu? ataukah dia hanya mau pensiun dari kehidupan?

Sejak saat itu, Nadira yang adalah seorang jurnalis di majalah Tera tetap memilih tinggal dengan ayahnya. Kakaknya Nina lalu tinggal di New York dan Arya memilih tinggal di hutan. Arya ingin lebih menyatu dengan alam. Mereka hidup dengan lukanya masing-masing.

Kematian Ibu mereka bukan hanya mengoreskan luka yang dalam pada keluarga Suwandi. Namun, sejak saat itu streotype “B*n*h diri” begitu melekat terhadap keluarga ini. Lantas bagaimanakah nasib Nadira dan keluarganya setelah itu? Apakah mereka akan terus mencari jawabannya? Ataukah Ia dan keluarganya memilih untuk berdamai dengan kejadian itu?

Baca juga: Seperti Dendam, Rindu harus dibayar Tuntas

Kelebihan Buku

Kelam adalah salah satu kata yang kurasakan sepanjang membaca kumpulan cerpen ini. Meskipun dimulai dengan kisah cinta yang menarik antara Kemala dan Bram, justru hawa-hawa tak enak sudah mulai dirasakan sejak kisah di tahun 1964.

Kamu akan diajak penulis masuk ke dunia Nadira yang tak terduga. Tentang bagaimana kisah dan interaksinya dengan Nina, betapa menyebalkannya Gilang yang hadir di antara mereka. Kisah cinta Utara Bayu dan Nadira yang benar-benar buat geregetan.

Dari Utara Bayu, kamu dapat belajar tentang “Udah jujur aja. Lama banget!!” Tara, Tara kamu itu loh….

Penulis mampu menjaga emosi pembaca dalam cerita Nadira. Perkenalan latar belakang tokohnya diceritakan dengan sangat unik. Kamu dapat mengetahui sudut pandang, karakter, dan tingkah laku para tokoh-tokohnya lewat cerita yang ditulis oleh Kemala dalam diarinya maupun dari sub-sub ceritanya masing-masing.

Kamu juga pasti akan senang karena ilustrasi-ilustrasinya yang menarik, terutama di bagian bab Sebilah Pisau. Wahh ini sih patut diberikan bintang lima kepada ilustratornya yakni Ario Anindito. Ilustrasinya ini dibawakan oleh salah satu karakter bernama Kris. Ini part yang menurutku juga menarik, selain ilustrasi yang eye catching, kamu juga akan melihat sudut pandang lain cerita Nadira yang dijelaskan oleh tokoh Kris.

Tentunya untuk gaya bahasa yang digunakan oleh Leila S. Chudori tidak perlu diragukan lagi ya… salah satu alasan aku suka baca bukunya karena gaya bahasanya yang menarik. Seperti lukisan indah, tapi dalam bentuk tulisan. Kira-kira itulah yang bisa aku ungkapkan tentang karyanya.

Bagian favoritku di Buku Nadira selain bab Sebilah Pisau, tentu di bagian Sebelum Matahari Mengetuk Pagi. Entah bagaimana, tokoh Satimin di sini yang polos, justru membuatku terharu saat mendengar kisahnya yang hampir diphk. Pemikirannya mewakili perasaan pembaca mengenai hubungan Utara Bayu dan Nadira.

Kekurangan Buku

Buku ini adalah kumpulan cerpen jadi kisahnya yang kadang berloncatan satu sama lain. Kadang Nadira, kadang Nina, kadang Kemala, kadang pula tokoh lainnya. Lalu timeline ceritanya yang maju mundur, jadi sedikit membingungkan.

Dalam Buku Nadira, alurnya yang maju mundur ditambah perubahan tokoh di setiap sub-sub cerita kadang membuatku tidak bisa mengikuti dan mengerti alur ceritanya di setiap babnya. Oleh karena itu, kamu perlu konsentrasi yang tinggi juga saat membaca buku ini.

Kesimpulan Buku Nadira

Kisahnya yaitu tentang mereka yang ditinggalkan istri dan ibu karena b*n*h diri. Bukan perkara mudah, hidup mereka dipenuhi “Mengapa?” dan harus menghadapi prasangka negatif dari lingkungan sosialnya.

Kisah dalam cerpen ini membuatku cukup emosional. Beberapa bagian membuatku turut merasa sedih terhadap apa yang dialami Nadira dan keluarganya. Bagian Nina dan Nadira, kisah cintanya, keadaan keluarga Suwandi selepas ditinggal mati oleh Kemala, Ibu mereka, membuat perasaanku campur aduk.

Kamu perlu berkonsentrasi saat membaca buku ini, ceritanya yang berloncatan waktu dan karakter, pasti akan membuatmu binggung di awal-awal. Jadi, enjoy aja bacanya ya…

Kisah Nadira bukanlah cerita biasa seperti novel karya Leila S. Chudori lainnya. Lebih dari sekedar cinta, pencarian jati diri, mencari keadilan. Namun sebuah upaya memaafkan dan menerima keadaan.