You are currently viewing Culture Shock Di Jerman | Pengalaman Travelling

Culture Shock Di Jerman | Pengalaman Travelling

 

Culture Shock di Jerman  Halo readers semua, semoga kalian dalam keadaan sehat dan bahagia. Di kesempatan kali ini aku akan berbagi informasi seputar pengalaman travellingku selama di Jerman. Beberapa bulan lalu aku berkesempatan mengunjungi salah satu negara industri yang terkenal di dunia yaitu Jerman. Negara ini bukan hanya dijuluki sebagai negara industri saja tetapi juga mendapat julukan Das Land der Erfinder yang artinya negara tempatnya para penemu. Bagaimana tidak banyak sekali penemu-penemu terkenal di dunia yang berasal dari Negara Jerman, sebut saja Johannes Gutenberg si penemu mesin cetak, Konred Zuse sang penemu komputer digital otomatis, Albert Einstein si ilmuwan yang terkenal akan teori relativitasnya, dan masih banyak lagi. Selain terkenal akan tokoh-tokoh penemu di atas, Jerman juga memiliki tempat yang sangat indah untuk dikunjungi.

 

Culture shock di Jerman

 

 Baca Juga: Tips Solo Travelling di Eropa 

 

        Kota-kota yang aku kunjungi di Jerman sangat cantik sekali, beberapa gedung di sana masih bergaya klasik dan hampir di setiap kota memiliki taman yang sangat indah dan nyaman untuk disinggahi. Ada beberapa tempat yang wajib kamu kunjungi selama berwisata di Jerman seperti Bradenburg Gate, Cologne Cathedral, Neuschwanstein, dan masih banyak lagi. Well, kali ini aku akan berbagi pengalaman bukan tentang tempat-tempat yang indah dan wajib kamu kunjungi di sana, akan tetapi pengalaman ini lebih ke culture shock yang aku alami selama travelling ke Negara asal Friedrich Nietsche ini.

            Sebelum aku masuk ke daftar culture shock yang aku alami di Jerman, ada baiknya kita ketahui lebih dulu apa itu culture shock. Menurut Edward Hall (dalam Hayqal, 2011) “ culture shock adalah gangguan ketika segala hal yang biasa dihadapi ketika di tempat asal menjadi sangat berbeda dengan hal-hal yang dihadapi di tempat baru dan asing.” Meskipun aku hanya travelling di sana selama 1 minggu tetapi perbedaan budaya dan kebiasaan orang-orang di Jerman udah jelas banget kerasa dari hari pertama aku menginjakkan kaki di Berlin.

    Nah, tanpa berlama-lama lagi berikut aku rangkum culture shock yang aku alami selama berwisata di Jerman:

  1. Air Keran bisa diminum Langsung

    Di Jerman semua air keran bisa kamu minum langsung tanpa harus kamu masak terlebih dahulu. Tentunya hal ini sangat berbeda jauh dengan di Indonesia dimana air dari keran harus kita masak terlebih dahulu untuk membunuh kuman-kuman yang ada di dalamnya. Di Jerman air keranya sangat steril sehingga dapat kamu minum tanpa harus takut terkena diare. Hal ini dikarenakan kualitas air disana terkontrol dengan baik oleh departemen kesehatan di Jerman. Karena air kerannya bisa diminum jadi pada saat travelling saya membawa botol minuman sendiri karena kalau kita beli air minum di supermarket harganya lumayan mahal. Jadi hitung-hitung untuk bisa lebih hemat saat berwisata di Jerman. 

     

  2. Bawa Tas belanja sendiri

    Kampanye kurangi sampah plastik berlaku di Jerman. Nah, berdasarkan pengalamanku sendiri beberapa supermarketdisana tidak menyediakan kantong plastik tetapi paper bag untuk menyimpan barang belanjaan pembeli. Karena menurutku paper bag agak ribet jadi lebih bagus untuk memiliki tas belanja sendiri. Dengan membawa tas belanjaan sendiri kita juga turut membantu menjaga bumi bukan. Nah, pertanyaan selanjutnya apakah ini berlaku juga dengan belanja di mall di Jerman? Tentu tidak, beberapa storememiliki paper bag mereka sendiri, kalau ini terserah kamu, bisa pakai tas belanja kamu sendiri atau langsung dari tokonya.  

     

  3. Tumpukan Baju di Depan Rumah

    Jupp, kamu tidak salah membaca. Pada saat jalan-jalan ke beberapa tempat di Jerman seperti di Berlin, Münster, dan Mönchengladbach ada pemandangan yang cukup aneh menurutku dimana di depan beberapa rumah atau trotoar orang-orang menyimpan bajunya begitu saja, terlihat seperti dibuang. Namun ternyata bukan seperti itu maksudnya, menurut informasi dari temanku yang juga asli orang Jerman, baju-baju itu disimpan di depan rumah begitu saja untuk disumbangkan dan bisa diambil oleh siapa saja yang membutuhkan baju tersebut. Ingat ya… kepada orang yang “membutuhkan”. Karena aku ke Jerman pada saat musim dingin, jadi baju-baju yang disimpan di depan rumah-rumah tadi kebanyakan seperti baju winter. Dari sini aku belajar ternyata jiwa sosial masyarakat di sana tinggi banget ya…. Baju-baju tersebut sengaja disimpan begitu saja dan mereka tidak membuangnya di tempat sampah loh, biar bajunya ngak bau atau kotor terkena sampah-sampah lain. Jadi, kalau kalian jalan-jalan ke Jerman terus dapetin pemandangan kaya gitu jangan diinjak baju-bajunya ya…. baju-bajunya dibiarin aja. 

     

  4. Budaya Self Service

    Masih ingat beberapa tahun lalu di Indonesia heboh tentang salah satu restoran makanan cepat saji ingin membuat konsep self service bagi customer mereka? Ada beberapa pihak yang pro dan ada juga yang kontra. Alasan bagi yang kontra tentunya bermacam-macam tapi salah satunya karena anggapan “kan saya sudah bayar, ngapain self service.” Dan akhirnya restoran itu kayanya ngak lanjutin konsep self service ini. Well, bagi readers yang ngak terbiasa sama konsep ini maka harus dibiasakan kalau kalian travelling di Jerman. Pasalnya banyak beberapa restoran disana menerapkan ini dan kayanya udah jadi budaya masyarakat disana juga deh. Jadi waktu aku travelling aku mengunjungi beberapa restoran dan cafe di sana dan customer-customernya beresin piring makanan mereka sendiri dan ngembaliin ke tempat yang restoran udah sediain untuk ditempati oleh piring kotor. Menurut temanku, mereka anggap kamu kurang sopan kalau biarin piring kamu gitu aja di atas meja sehabis makan, bayar dan then pergi tanpa bawa piringnya ke tempat yang udah mereka sediain. Tapi, perlu diingat ini bukan berlaku untuk semua retoran atau cafe ya… Ada beberapa restoran dan Cafe yang tidak punya konsep Self service. Cara tahunya darimana? Lihat aja tamunya-tamunya ada yang ngelakuin self service atau tidak. 

     

    Culture shock di Jerman


  5. Rak Buku di Halte Bus

    Kalau yang ini tidak di semua tempat kamu bisa lihat. Pemandangan ini kebanyakan  aku lihat di pusat kota Münster. Di sana ada beberapa tempat di halte bus yang punya rak buku dan jenis-jenis bukunya juga berbeda-beda. Nah, buku itu bisa kamu ambil ya… alias gratis, sekali lagi jiwa sosial orang Jerman kelihatan jelas disini. Kata temanku yang asli orang Jerman, buku-buku itu sengaja disimpan disana dan disumbangkan kepada orang-orang yang membutuhkan, dan menurut dia ngak semua orang bisa beli buku, maka dengan adanya rak-rak buku ini memudahkan orang-orang yang mau  menyumbangkan buku mereka kepada orang-orang yang kurang mampu untuk membeli buku. Jadi, aku sih tidak heran sama sekali kalau rata-rata orang Jerman itu suka membaca. They support each other to read books

     

  6. Toilet tanpa ada semprotan air 

    Hal ini merupakan salah satu hal yang buat aku cukup struggle selama berwisata di Eropa termasuk di Jerman. Umumnya toilet di negara tersebut tidak memiliki semprotan air dan kita harus menggunakan tisu. Well, karena kurang terbiasa dengan kebiasaan tersebut maka aku selalu membawa tisu basah jika akan ke toilet. Btw, tisue toilet disana bisa langsung kamu buang ke kloset. Jangan khawatir klosetnya akan mampet karena tisu toilet di Jerman udah didesain khusus untuk bisa masuk di sistem drainase pembuangan mereka. Sebagai informasi tambahan bahwa di Negara Jerman juga nggak ada WC Jongkok ya… jadi semuanya bentuknya yang WC duduk.
  7. Budaya membaca yang besar

    Kalau ini yang buat aku suka banget dan merasa sangat terinspirasi. Wajar banget kenapa Negara Jerman dijuluki sebagai “Negara tempatnya para penemu” gimana enggak disana orangnya-orangnya suka sekali membaca buku. Jadi hal yang lumrah kalau kamu melihat banyak orang membaca buku di taman, kereta, café, stasiun kereta, halte bus, dan tempat publik lainnya. Bukan hanya di tempat publik, waktu itu aku berkesempatan mengunjungi perpustakaan umum di Münster dan perpustakaanya bagus dan nyaman banget. Koleksi bukunya lengkap dan ada ruangan khusus untuk kamu bisa main game. Perpustakaan di sana punya banyak pengunjung, mulai dari yang anak-anak sampai yang sudah tua.  Seperti di poin 5 tadi yang aku jabarin kalau di sana emang orang-orangnya sangat peduli dengan budaya membaca sampai-sampai ada sediaiin buku gratis yang bisa kamu ambil di beberapa rak-rak buku yang ada di beberapa halte bus. Awesome right. 

Baca Juga : Cara Buat Schengen Visa 

 

     Jadi itulah beberapa culture shock yang aku alami selama berwisata di Negara Jerman.  Perbedaan budaya ini memang aku rasa banget bedanya karena aku memilih bukan hanya berwisata ke tempat-tempat mainstream di Jerman tapi aku juga berkesempatan ke beberapa tempat yang disana emang banyak banget warga lokalnya. Jadi kerasa banget perbedaan budaya mereka dengan kita di Indonesia, meskipun waktu travellingku di Jerman cuman satu minggu tapi budaya-budaya masyarakatnya udah kerasa banget. Sekian dulu artikel dariku dan semoga bermanfaat bagi kalian semua.