Buku Failosophy – Mungkin di antara kamu ada yang merasakan gagal dalam percintaan, karir, persahabatan dan keluarga. Kegagalan ini tentunya membuat perasaanmu menjadi sedih, marah, malu, menyesal dan terpuruk.
Kadang-kadang menyalahi diri sendiri “Kenapa ini harus terjadi kepadaku?” “Ya… Tuhan apa salah dan dosaku?!”
Berbagai pertanyaan muncul membuat kamu mulai meragukan kemampuan diri sendiri. Hingga akhirnya kamu takut untuk memulai kembali. Takut akan rasa pedih dan malunya karena gagal. Lalu hidupmu stuck di tempat, tidak ada perkembangan.
Jika kamu berada di fase ini maka buku Failosophy karya Elizabeth Day adalah yang buku yang tepat untuk kamu baca. “Koq bisa?” Di sini kamu akan melihat sudut pandang lain tentang kegagalan.
Yukk mari kenalan dengan bukunya!
Identitas Buku
Judul : Failosophy
Genre : Non-Fiksi
Penulis : Elizabeth Day
Jumlah Halaman : 145 Halaman
ISBN : 978-602-05-3007-9
Penerbit : Grasindo
Harga : Rp. 99.000
Buku Failosophy adalah buku yang ditulis oleh Elizabeth Day dan diterbitkan pada tahun 2020 silam. Buku ini terinspirasi dari Podcastnya yang Bernama How to Fail with Elizabeth Day.
Dalam Podcast tersebut Elizabeth banyak mengundang tokoh-tokoh terkenal seperti Phoebe Waller-Bridge, Malcolm Gladwell, Andrew Scott dan masih banyak lagi. Tokoh-tokoh ini menceritakan tentang kisah kegagalan mereka di sana dengan tujuan membuat pendengar tidak takut akan kegagalan, bahwa mereka tidak sendiri dan “hey masih ada harapan!”
Tentang Penulis Buku Failosophy
Elizabeth Day adalah penulis, jurnalis dan penyiar asal London, Inggris. Wanita kelahiran 10 November 1978 ini telah menulis 6 buku. Diantaranya Scissors Paper Stone (2012), Home Fires (2013), Magpie (2021), How To fail (2019), Failosophy (2020), dan masih banyak lagi.
Selain itu dia juga aktif menjadi penyiar di Podcast pribadinya yaitu How to Fail with Elizabeth Day. Buku Failosophy yang ditulis olehnya juga terinspirasi atas kegagalan yang dialami oleh penulisnya.
Gagal dalam membina hubungan percintaan dan gagal memiliki keturunan merupakan beberapa contoh kegagalan yang dialami oleh penulis sendiri. Hal tersebut ia bahas secara gamblang dalam beberapa bagian dalam buku Failosophy.
Intisari Buku
Buku Failosophy adalah buku yang terilhami dari kisah kegagalan yang dialami oleh penulis dan beberapa tokoh nyata yang menjadi bintang tamu di acara Podcast penulisnya. Intisari dari buku ini adalah tujuh prinsip kegagalan.
Ketujuh prinsip tersebut menyadarkan pembaca tentang arti sebuah kegagalan dalam hidup. Salah satu poin penting yang dapat kamu pelajari dalam buku Failosophy adalah kontrol diri. Mengontrol pikiran dan emosi kita ternyata dapat berdampak sangat baik saat kamu mengalami kegagalan.
Mengontrol ekpektasi merupakan salah satu jalan agar hidup terasa tenang dan bahagia (Hal 77). Ekspektasi yang terkontrol akan membuatmu lebih fokus untuk untuk mengerahkan seluruh energimu untuk melakukan yang terbaik yang dapat kamu lakukan (Hal 22).
Dengan begitu kegagalan bukanlah momok yang menakutkan dan perlu dihindari. Namun, kondisi tersebut menjadi salah satu bagian dari hidup dimana kamu dapat mengenal dirimu sendiri. Berani menjadi diri sendiri tanpa takut dan minder akan kesuksesan orang lain.
Perbandingan Buku
Persamaan Buku Failosophy vs Buku Practicing the Power of Now
Buku Failosophy mengingatkanku akan buku Practicing the Power of Now karya Eckhart Tolle. Bagaimana tidak kedua buku ini sama-sama mengajarkan pentingnya untuk memusatkan perhatian pasa saat sekarang.
“Masa depan terletak pada satu fakta sederhana, yaitu hal tersebut belum terjadi pada kita.” (Elizabeth day, 2020: 85)
“Anda mengira bahwa masa depan pada akhirnya hanya kan membebaskan anda dari masa lalu. Hal tersebut hanyalah khayalan belaka.” (Eckhart Tolle, 2001:55)
Kedua poin dari dua buku yang berbeda tersebut sama-sama mengajak kita untuk fokus ke masa sekarang. Saat mengalami kegagalan sudah sepatutnya kita mengontrol pikiran dan perilaku kita saat ini.
Mulai melakukan hal-hal yang terbaik yang dapat kita lakukan dan melakukan refleksi diri tanpa menghakimi diri sendiri. Karena apa yang terjadi di masa depan ditentukan oleh apa yang kita lakukan di masa kini.
Perbedaan Buku Failosophy Vs Practicing the Power of Now
Perbedaan kedua buku ini tertetak pada topik yang dibahas. Practicing the Power of Now lebih membahas ke arah pencerahan spiritual. Dimana topik yang dibahas lebih general untuk mengajak pembaca merasakan, menikmati dan fokus pada saat ini.
Sementara itu, buku Failosophy terpusat pada topik kegagalan. Sehingga semua contoh definisi, penjelasan, dan contoh pengalaman terpusat pada isu kegagalan yang dihadapi penulis dan narasumber di Podcastnya.
Baca juga: Review buku Mindset
Kelebihan Buku
Hal pertama yang membuat saya tertarik dengan buku ini adalah topik yang dibahas yaitu tentang kegagalan. Tentunya hal ini sangat menarik, karena saya jarang membaca buku dengan main topic tersebut.
Sehingga buku Failosophy bisa dijadikan salah satu buku pegangan saat jatuh dalam kegagalan. Penjelasan dalam buku ini terstruktur sehingga tidak membingungkan pembaca saat membaca bab atau subbab selanjutnya.
Ada beberapa hal yang saya rasa sangat relate dengan apa yang saya alami. Terutama tentang bagian ketakutan di halaman 57, terutama di bagian ketakutan tersedak ketika meminum suplemen vitamin. Bagian ini membuat saya tertawa lepas saat membaca buku Failosophy. Saya sadar bahwa saya tidak sendiri dan bahwa ketakutan saya juga ternyata dirasakan oleh orang lain. Hahahaha
Selain isinya yang relatable, cover buku ini juga sangat menarik perhatian saya sebagai pencinta warna pink. Pemilihan warna tersebut seakan-akan memberikan makna bahwa kegagalan tidak semenakutkan yang dibayangkan. Itu adalah salah satu warna dalam kehidupan. So… hadapilah!
Buku ini sangat cocok untuk kamu yang ingin rajin membaca. Dimensi bukunya yang kecil dan hanya memiliki 145 halaman saja. Sehingga dapat selesai dalam waktu yang singkat. Tenang bahasa buku ini juga ringan koq…
Kelemahan Buku
Salah satu hal yang kurang dijelaskan secara mendalam adalah pada bagian awal bab buku Failosophy. Definisi kegagalan di halaman 17 tentang Fale dan Pech menurut saya sangat menarik. Namun, kurang dieksplor oleh penulis. Sehingga saya merasa ada sesuatu yang “hilang” di bagian tersebut.
Definisi kegagalan dari dua kata ini bisa menjadi topik yang lebih menarik lagi jika dijabarkan dengan detail. Sayangnya kedua kata ini hanya dijelaskan secara sekilas saja dalam satu halaman.
Kesimpulan
Buku Failosophy layak untuk kamu baca. Topiknya tentang kegagalan akan memberikan persepsi dan semangat baru untuk kamu memaknai kegagalan. Bukunya yang relatable akan membuat kamu semakin sadar bahwa kamu tidak sendiri.
Selain itu warna covernya yang menarik, dimensi bukunya yang kecil dan jumlah halaman yang sedikit menjadi daya tarik untuk kamu yang baru mulai ingin rajin membaca.
Meskipun penjelasan tentang Fale dan Pech yang kurang dieksplor oleh penulis. Namun, esensi atau pesan yang disampaikan oleh penulis tetap tersampaikan dengan baik.
Buku Failosophy mengajak kamu untuk mengontrol diri ketika mengalami kegagalan. Hal ini perlu dilakukan agar lebih kita fokus kepada tindakan yang harus dilakukan daripada meratapi nasib gagal.
Fokus ke masa sekarang dan belajar dari kegagalan akan membantu kita menemukan jati diri kita yang sesungguhnya. Menjadi diri yang otentik dan terus termotivasi untuk berkembang menjadi pribadi yang lebih baik.